Pantun untuk Mulai Acara

Pantun jadi salah satu cara agar siapapun yang ada di suatu acara bisa lebih santai. Sebagai salah satu cara menghidupkan suasana, banyak yang menggunakannya di awal saat acara baru dimulai. Entah itu pembawa acara, moderator, narasumber, tokoh, atau siapapun yang terlibat. Ini ada beberapa contoh pantun pembuka acara yang bisa kamu gunakan.

Lengan kekar jadi jumawa,
usung pedang naikkan kereta.
Apa kabar kawanku semua,
Selamat datang di acara kita.

Jika maunya naik kapal selam,
tak perlu menunggu di dermaga.
Jika ada yang mengucap salam,
harap dijawab lantang dan bertenaga

Ada kawan yang ingin spa,
bisa di rumah menggunakan drum.
Assalamualaikum kawan semua,
semua wajah berhias senyum.

Adat kaum di Bukittinggi,
bawa berkah untuk semua.
Assalamualaikum selamat pagi,
semoga acara lancar jalannya.

Hendak bilas air di dulang,
ikan salai dimasak kweni.
Waktu jelas tak bisa diulang,
yuk mulai segera acara ini.

 

Pantun Betawi dan Ciri Khasnya

Saat ini masyarakat Betawi biasa menggunakan pantun dalam tradisi pernikahan Palang Pintu. Mempelai perempuan menanyakan kesanggupan mempelai laki-laki dalam memenuhi persyaratan untuk menikah. Isi pantunnya berupa nasihat bagi kedua mempelai dan keluarganya. Kedua mempelai kemudian akan saling berbalas pantun dan diikuti oleh balasan pantun dari masing-masing keluarga. Penggunaan Pantun Betawi disertai dengan kata-kata humor, tetapi tetap memperhatikan sopan santun.

Rumah gedongan rumah belande, pagarnya kawat tiangnya besi,
gue kaga mao tau rombongan dari mane mau kemane, lewat kampung gue kudu permisi.

Makan sekuteng di Pasar Jumat, mampir dulu di Kramat Jati,
aye dateng ama rombongan dengan segala hormat, mohon diterime dengan senang hati

Beli nasi uduk ke Kampung Kedoya, makan sate tujuh tusuk.
Kalau disuruh duduk di bangku yang tersedia, rombongan boleh masuk

Pantun Betawi merupakan pengembangan Pantun Melayu pada abad ke-17 dan ke-18 dan pantun Gujarat abad ke-15. Pantun Betawi, seperti pantun di seluruh masyarakat Melayu, memiliki aturan baku atau tidak baku. Jika sajak Melayu yang telah hidup sekian lama sangat formal, puisi Betawi justru sebaliknya. Ciri khas puisi Betawi adalah penggunaan bahasa Betawi, dengan pilihan kata dan bunyi yang menyenangkan, spontan, tulus, dan bahkan jenaka.

Burung elang burung kakak tua,
dia jongkok karena ada tikus.

Duit ilang diambil mertua,
buat beli rokok tiga bungkus.

Perhatikan pula pantun berikut ini.

Gali lobang pakai cangkul,
lobang digali sekuat tenage.

Percuma abang pelihara tuyul,
kalau yang dicuri kutang tetangga.

Perhatikan pula yang berikut ini, mengandung nasihat dan tetap dengan unsur humor.

Beli kentang di Karang Anyar,
kalo cari peniti di Cibitung.

Punya utang mah kudu dibayar,
kalo mati ruhnya nggak digantung :D.

 

Mengenal Rima dalam Pantun

Sebagai salah satu bentuk puisi, pantun juga memiliki rima. Rima merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata, untuk memperindah pantun. Rima juga disebut sebagai bunyi vokal akhir pada baris pantun.

Jenis-jenis atau macam-macam rima ada (1) rima datar; (2) rima berdasarkan letak kata dalam baris; (3) rima menurut rupa, dan (4) rima menurut bunyi.

Rima datar maksudnya persamaan bunyi pada tiap larik pantun. Rima datar ada beberapa macam.

Pertama, rima asonansi, pengulangan bunyi vokal secara berderet.

Contoh:

Burung perkutut di lapangan berumput

Kedua, rima aliterasi (pengulangan bunyi konsonan)

Contoh:

Terpaksa melambai saat gelap

Untungnya ada bintang yang gemerlap

Dalam hal rima berdasarkan letak kata-kata, ada 12 macam.

  1. Rima Awal, kata-kata yang berima pada awal kata.

Contoh :

Pemuda kaulah harapan bangsa.

Pemuda jangan suka berpangku tangan.

2. Rima Tengah, kata-kata yang berima terletak di tengah.

Contoh :

Pemuda kaulah harapan bangsa.

Pemudi kaulah harapan negeri.

  1. Rima Akhir

Apabila kata-kata yang berima terletak pada akhir. Ini sering digunakan dalam bentuk pantun, syair dan gurindam.
Contoh:

Tolong – menolong umpama jari,

bantu membantu setiap hari.

Bekerja selalu berlima diri,

itulah misal Tuhan memberi.

  1. Rima Tegak

Apabila kata-kata yang berima terdapat pada baris-baris yang berlainan.

Contoh :

Terhibur.

Terlipur.

Engkau bermalam.

Di tepi kolam.

(J.E. Tatengkeng)

  1. Rima Datar

Apabila rima kata-kata yang berima itu terdapat berderet pada baris yang sama.

Contoh:

Air mengalir menghilir sungai.

 

  1. Rima Sejajar

Apabila sepatah kata dipakai berulang-ulang pada kalimat yang beruntun.

Contoh :

Dapat sama laba.

Cicir sama rugi.

Bukit sama didaki.

Lurah sama dituruni.

Berat sama dipikul.

Ringan sama dijinjing.

Terapung sama hanyut.

Terendam sama basah.

 

  1. Rima Berpeluk (Rima Berpaut)

Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga. Rima ini terletak pada bentuk Soneta dengan rima a – b – b – a.

Contoh :

Perasaan siapa takkan nyala,                           (a)

melihat anak berlagu dendang.                      (b)

Seorang sajak di tepi padang,                         (b)

tiada berbaju buka kepala.                              (a)

 

  1. Rima Bersilang (Rima Salib)

Rima yang letaknya berselang-selang. Misalnya baris pertama berima dengan baris ketiga, dan baris kedua berima dengan baris keempat. Rima ini dapat kita jumpai dalam bentuk Pantun dengan rumus a – b – a – b.

Contoh:

Burung nuri burung dara,                               (a)

terbang ke sisi taman kayangan.                    (b)

Karangan janggal banyak tak kena,                (a)

daripada paham belum sempurna.                (b)

 

  1. Rima Rangkai

Apabila kata-kata yang berima terdapat pada kalimat-kalimat yang beruntun. Bentuk ini dapat kita jumpai dalam bentuk Syair dengan rumusnya a – a – a – a ; b – b – b – b

Contoh :

Hatiku rindu bukan kepalang,                         (a)

dendam berahi berulang-ulang.                      (a)

Air mata bercucuran selang menyelang,      (a)

mengenangkan adik kekasih abang.              (a)

Diriku lemah anggotaku layu                         (b)

Rasakan cinta bertalu-talu                             (b)

Kalau begini datanglah selalu                        (b)

Tentulah kanda berpulang dahulu                (b)

 

10. Rima Kembar

Apabila kalimat yang beruntun dua-dua berima sama.
Misalnya dengan abjad a – a – b – b atau c – c – d – d – e – e dan seterusnya.

Contoh :

Sedikitpun matamu tak berkerling,               (a)

memandang ibumu sakit berguling.              (a)

Air matamu tak bercucuran,                           (b)

tinggalkan ibumu tak penghiburan.              (b)

( J. E. Tatengkeng)

  1. Rima Patah

Apabila dalam bait-bait puisi ada kata yang tidak berima sedangkan kata-kata lain pada tempat yang sama di baris-baris lain memilikinya. Rumus rima patah adalah a – a – b – a atau b – c – b – b.

Contoh:

Beli baju ke pasar Minggu,                             (a)

jangan lupa beli duku.                                    (a)

Beli kemeja ke pasar Senen,                           (b)

jangan lupa ajaklah daku.                               (a)

 

Beli kemeja ke pasar Senen,                           (b)

jangan lupa membesi dasi.                              (c)

Jangan suka jajan permen,                              (b)

lebih baik dibelikan semen.                            (b)

 

  1. Rima Merdeka

 

Contoh :

Hanya sebuah bintang,                                  (a)

kelip kemilau.                                                 (b)

Tercapak di langit,                                          (c)

tidak berteman.                                               (d)

(Aoh Kartadimadja)

 

Dalam hal rima menurut rupanya. Rima rupa hanya terdapat pada puisi-puisi Melayu Klasik yang ditulis dengan huruf Arab – Melayu. Tulisan (bentuknya) tampak sama, tetapi bunyinya berbeda.

Contoh :

  1. Tulisan kata ramai dengan rami.
  2. Tulisan kata lampau dengan lampu.

Untuk lebih jelasnya, marilah kita lihat contoh berikut ini:

  1. Kota Jakarta yang berpenduduk hampir tujuh juta orang itu sangat ramai.
  2. Pada masa lampau kehidupan masyarakat masih sederhana.

Kata ramai tentu saja tidak dibaca rami, melainkan ramai, dan kata lampau tidak dibaca lampu melainkan lampau.

Berikutnya rima menurut bunyinya. Macamnya ialah:

  1. Rima Sempurna, apabila seluruh suku akhirnya berirama sama.
    Contoh:

ma – lang

ma – ti

pa – lang

ha – ti

  1. Rima Tak Sempurna, apabila hanya sebagian suku akhir yang sama.

    Contoh :

pu – lang

pa – gi

tu – kang

ha – ri

  1. Rima Mutlak, apabila seluruh kata berima.

Contoh:

Mendatang-datang jua,

kenangan masa lampau.

Menghilang muncul jua,

yang dulu sinau-silau.

Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu berima mutlak.

  1. Rima Terbuka

Yang berima adalah suku akhir suku terbuka dengan vokal yang sama.

Contoh :

bu – ka

ba – tu

mu – ka

pa – lu

  1. Rima Tertutup

Yang berima itu suku akhir suku tertutup dengan vokal yang diikuti konsonan yang sama.

Contoh :

hi – lang

su – sut

ma – lang

ta – kut

  1. Rima Aliterasi

Yang berima adalah bunyi-bunyi awal pada tiap-tiap kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.
Contoh :

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bunyi huruf b pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.

  1. Rima Asonansi

Yang berima adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris berlainan.
Contoh:

se – cu – pak

tum – bang

se – cu – kat

mun – dam

Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal e – u – a dan u – a pada kata-kata tersebut di atas.

  1. Rima Disonansi Rima ini adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata seperti pada asonansi tetapi memberikan kesan bunyi-bunyi yang berlawanan.

Contoh:

Tin – dak tan – duk (i– a atau a – u)

Mon – dar man – dir (o – a atau a – i)

Mari Membuat Pantun!

Membuat pantun adalah cara yang menyenangkan untuk mengekspresikan kreativitas. Berikut adalah panduan langkah demi langkah untuk membuat pantun:

Pertama, pilih pola pantun: Pantun tradisional biasanya terdiri dari empat baris, dengan pola A-B-A-B, di mana huruf yang sama menunjukkan bahwa baris-baris tersebut berima. Namun, kamu juga bisa berkreasi dengan pola yang berbeda.

Kedua, Tentukan tema atau topik: Pilih topik atau tema yang ingin disampaikan dalam pantun. Bisa tentang cinta, alam, persahabatan, atau apapun yang kamu sukai. Misalnya kali ini kita akan mengenalkan pantun dari masyarakat Betawi.

Ketiga, perhatikan struktur pantun. Baris satu dan dua adalah sampiran, dan baris tiga dan empat adalah isi. Tulis isinya dulu, barulah membuat sampiran. Sampiran fungsinya membentuk rima. Biasanya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi pantun. Pun demikian, ada beberapa pantun yang sampirannya berhubungan dengan isi. Contoh isi pada pada baris ketiga dan keempat:

Bukan pantun sembarang pantun

Ini pantun dari Betawi

Keempat, kamu sudah bisa mencoba membuat sampiran pada baris satu dan dua. Contohnya seperti ini jika digabungkan dengan isi:

Bukan sabun sembarang sabun

Ini sabun beli di Slawi

Bukan pantun sembarang pantun

Ini pantun dari Betawi

Kelima, revisi dan perbaikan. Setelah menulis pantun pertama, baca kembali dan periksa irama, rima, dan kelancaran pantun Anda. Lakukan revisi jika diperlukan untuk meningkatkan alur dan kejelasan.

Misal kita perbaiki jadi ini:

Bukan katun sembarang katun

Ini katun milik perawi

Bukan pantun sembarang pantun

Ini pantun dari Betawi

Selamat mencoba membuat pantun! Ingatlah kreativitas adalah kunci, jadi jangan ragu untuk bermain dengan kata-kata dan mengeksplorasi berbagai tema.