Pantun Malam Minggu (2)

(1)

Beli cincau minum di tempat,
terasa nyaman saat dihidang.

Malam Minggu bak malam Jumat,
terasa seram saat menjelang.

(2)

Lewat tugu di simpang Jogja,
ada walet awas ditangkap.

Malam Minggu ini lewatkan saja,
lirik dompet isi tak lengkap.

(3)

Malam Minggu cari ronce,
ronce dapatnya di Pasar Boplo.

Hobi kamu mah minum STMJ,
semester tujuh masih jomblo.

Pantun Betawi Lucu (1)

Kabel disita awas kesetrum,
hindari selalu tegangan tinggi.
Sebelum kita saling cium,
biasakan selalu gosok gigi.

Kaki pincang diserang biawak,
mau jalan susah berdiri.
Bobo siang diganggu anak,
bobo malam diganggu istri.

Kumis tebel muka sangar,
badan besar otot gede.
Giliran duel dalam kamar,
dibantai istri dua ronde.

Bertumpuk banyak batu bata,
disusun banyak supaya rapi.
Dari banyak jutaan manusia,
cuma kamu kentut keluar api.

Beli baju bahannye katun,
katun dipesan dari Papua.
Gara-gara suami mabok pantun,
Ane kabur ke rumah mertua.

Asam di gunung,
garam di laut.
Bininya bingung,
lakinye pakai pembalut.

 

 

 

Mengenal ‘Mahzani’ sebagai Tradisi Lisan Minahasa

Kata Mahzani berasal dari dialek Minahasa, artinya bernyanyi. Mahzani berasal dari kata zani yang berarti bunyi yang didengar, baik yang keluar dari satu atau lebih organ maupun dari suara manusia. Zani tidak terbatas pada bunyi musik saja, tetapi semua bunyi. Dalam konteks musik zani dapat bersifat nada maupun non nada. Pun demikian secara umum istilah zani atau zazanian (nyanyian) ataupun mahzani dalam istilah musik di sub etnik Tombulu lebih dimaksudkan dalam hal musik vokal atau nyanyian.

Nyanyian ini dilakukan oleh para anggota kelompok kerja di pertanian saat sedang bekerja di kebun, dan saat bersama pada hari Sabtu malam di desa. Ada pula doa-doa dalam ritual agama tradisional yang menyapa para leluhur dan penghuni alam raya.

Contoh syair  dari buku A’asaren wo Raranian ne Touw un Buluh (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/mahzani-sastra-lisan-orang-minahasa/) adalah sebagai berikut:

Maka pangkat o, impangkukukan ni ko’ko’ rangdang

Maka pangkat o, i pa’pera u reges Amian.

Ko’ko’ kulo’ kimontoi wana panga in wasian

Sa sia rumagos o, ma’simpora se kawanua

Ko’ko’ kulo wo ko’ko’ randang,

Wisa si pa’endonku

Mendo mo tare si ko’ko’ randang, mesuat uman

 

Artinya/Terjemahan bebas:

Mendapat jabatan, karena bunyi ayam jantan merah

Mendapat jabatan, karena tiupan angin Utara yang mengeringkan padi

Ayam putih bertengger di cabang pohon wasian

Kalau dia turun ke tanah, orang Minahasa menjadi sibuk

Ayam putih dan ayam merah

Mana yang aku ambil

Ambil saja ayam merah, sama saja

 

Syair di atas mengandung unsur penjelasan mengenai masyarakat Minahasa yang memuja dewa-dewi. Mendapat jabatan, karena bunyi ayam jantan merah maksudnya mendapat jabatan karena teriakan prajurit Kabasaran yang menjadi panglima tertinggi. Mendapat jabatan karena tiupan angin Utara yang mengeringkan padi maksudnya mendapat jabatan karena produksi beras dari dewi padi Lingkan Wene.

‘Ba-ilau’, Tradisi Lisan Minangkabau

Ba-ilau merupakan salah satu tradisi lisan Minangkabau dalam bentuk puisi, dan ditampilkan dengan cara bernyanyi. Lebih banyak dikenal di wilayah Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ba-ilau dinyanyikan dinyanyikan dengan irama tertentu, secara meratap dan berhubungan dengan upacara. Temanya bersifat duniawi, untuk membedakan dengan salawat dulang yang bertema agama. Teks puisi dalam bailau disebut sebagai sisomba, seperti halnya dendang pauah dan batintin.

Fungsi ba-ilau ialah untuk upacara, yaitu menangkap harimau, penobatan datuk, mencari anak hilang, meratapi orang meninggal, dan memanggil orang yang telah lama tak kembali dari rantau. Ciri khas lain ialah dilagukan oleh perempuan, membedakan dengan tradisi lisan lain yang biasanya laki-laki. Sisomba ba-ilau memiliki dua larik sampiran dan dua larik isi.

Perhatikan contoh sisomba ba-ilau ini.

Sajak pasie dilamun pasang,
gilo lah ka Pulau Punjuang sajo.

Sajak layie taruih lah gadang,
gilo lah dimabuak darito sajo.

Sejak pasir dilamun pasang,
selalu ke Pulau Punjung saja.

Sejak lahir terus besar,
selalu dimabuk derita saja.

Perhatikan sisomba ba-ilau berikut yang untuk memanggil harimau dapat masuk ‘pinjaro’ atau dikurung.

Eii, eii, duduak bajuntai ateh munggu
bajuntai lalu ka muaro.

Duah.. aduahai, aduah..

Eii, eii, angku dukun lapeh parindu,
nak masuak rimau ka pinjaro.

Duah.. aduahai, aduah..

Eii, eii, duduk berjuntai bajuntai di atas munggu (bukit kecil)
berjuntai lalu ke muara.

Duah.. aduahai, aduah..

Eii, eii, tuanku dukun lepas perindu,
hendak masuk harimau ke penjara.

Duah.. aduahai, aduah..

 

 

 

 

Mengenal Rima dalam Pantun

Sebagai salah satu bentuk puisi, pantun juga memiliki rima. Rima merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata, untuk memperindah pantun. Rima juga disebut sebagai bunyi vokal akhir pada baris pantun.

Jenis-jenis atau macam-macam rima ada (1) rima datar; (2) rima berdasarkan letak kata dalam baris; (3) rima menurut rupa, dan (4) rima menurut bunyi.

Rima datar maksudnya persamaan bunyi pada tiap larik pantun. Rima datar ada beberapa macam.

Pertama, rima asonansi, pengulangan bunyi vokal secara berderet.

Contoh:

Burung perkutut di lapangan berumput

Kedua, rima aliterasi (pengulangan bunyi konsonan)

Contoh:

Terpaksa melambai saat gelap

Untungnya ada bintang yang gemerlap

Dalam hal rima berdasarkan letak kata-kata, ada 12 macam.

  1. Rima Awal, kata-kata yang berima pada awal kata.

Contoh :

Pemuda kaulah harapan bangsa.

Pemuda jangan suka berpangku tangan.

2. Rima Tengah, kata-kata yang berima terletak di tengah.

Contoh :

Pemuda kaulah harapan bangsa.

Pemudi kaulah harapan negeri.

  1. Rima Akhir

Apabila kata-kata yang berima terletak pada akhir. Ini sering digunakan dalam bentuk pantun, syair dan gurindam.
Contoh:

Tolong – menolong umpama jari,

bantu membantu setiap hari.

Bekerja selalu berlima diri,

itulah misal Tuhan memberi.

  1. Rima Tegak

Apabila kata-kata yang berima terdapat pada baris-baris yang berlainan.

Contoh :

Terhibur.

Terlipur.

Engkau bermalam.

Di tepi kolam.

(J.E. Tatengkeng)

  1. Rima Datar

Apabila rima kata-kata yang berima itu terdapat berderet pada baris yang sama.

Contoh:

Air mengalir menghilir sungai.

 

  1. Rima Sejajar

Apabila sepatah kata dipakai berulang-ulang pada kalimat yang beruntun.

Contoh :

Dapat sama laba.

Cicir sama rugi.

Bukit sama didaki.

Lurah sama dituruni.

Berat sama dipikul.

Ringan sama dijinjing.

Terapung sama hanyut.

Terendam sama basah.

 

  1. Rima Berpeluk (Rima Berpaut)

Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga. Rima ini terletak pada bentuk Soneta dengan rima a – b – b – a.

Contoh :

Perasaan siapa takkan nyala,                           (a)

melihat anak berlagu dendang.                      (b)

Seorang sajak di tepi padang,                         (b)

tiada berbaju buka kepala.                              (a)

 

  1. Rima Bersilang (Rima Salib)

Rima yang letaknya berselang-selang. Misalnya baris pertama berima dengan baris ketiga, dan baris kedua berima dengan baris keempat. Rima ini dapat kita jumpai dalam bentuk Pantun dengan rumus a – b – a – b.

Contoh:

Burung nuri burung dara,                               (a)

terbang ke sisi taman kayangan.                    (b)

Karangan janggal banyak tak kena,                (a)

daripada paham belum sempurna.                (b)

 

  1. Rima Rangkai

Apabila kata-kata yang berima terdapat pada kalimat-kalimat yang beruntun. Bentuk ini dapat kita jumpai dalam bentuk Syair dengan rumusnya a – a – a – a ; b – b – b – b

Contoh :

Hatiku rindu bukan kepalang,                         (a)

dendam berahi berulang-ulang.                      (a)

Air mata bercucuran selang menyelang,      (a)

mengenangkan adik kekasih abang.              (a)

Diriku lemah anggotaku layu                         (b)

Rasakan cinta bertalu-talu                             (b)

Kalau begini datanglah selalu                        (b)

Tentulah kanda berpulang dahulu                (b)

 

10. Rima Kembar

Apabila kalimat yang beruntun dua-dua berima sama.
Misalnya dengan abjad a – a – b – b atau c – c – d – d – e – e dan seterusnya.

Contoh :

Sedikitpun matamu tak berkerling,               (a)

memandang ibumu sakit berguling.              (a)

Air matamu tak bercucuran,                           (b)

tinggalkan ibumu tak penghiburan.              (b)

( J. E. Tatengkeng)

  1. Rima Patah

Apabila dalam bait-bait puisi ada kata yang tidak berima sedangkan kata-kata lain pada tempat yang sama di baris-baris lain memilikinya. Rumus rima patah adalah a – a – b – a atau b – c – b – b.

Contoh:

Beli baju ke pasar Minggu,                             (a)

jangan lupa beli duku.                                    (a)

Beli kemeja ke pasar Senen,                           (b)

jangan lupa ajaklah daku.                               (a)

 

Beli kemeja ke pasar Senen,                           (b)

jangan lupa membesi dasi.                              (c)

Jangan suka jajan permen,                              (b)

lebih baik dibelikan semen.                            (b)

 

  1. Rima Merdeka

 

Contoh :

Hanya sebuah bintang,                                  (a)

kelip kemilau.                                                 (b)

Tercapak di langit,                                          (c)

tidak berteman.                                               (d)

(Aoh Kartadimadja)

 

Dalam hal rima menurut rupanya. Rima rupa hanya terdapat pada puisi-puisi Melayu Klasik yang ditulis dengan huruf Arab – Melayu. Tulisan (bentuknya) tampak sama, tetapi bunyinya berbeda.

Contoh :

  1. Tulisan kata ramai dengan rami.
  2. Tulisan kata lampau dengan lampu.

Untuk lebih jelasnya, marilah kita lihat contoh berikut ini:

  1. Kota Jakarta yang berpenduduk hampir tujuh juta orang itu sangat ramai.
  2. Pada masa lampau kehidupan masyarakat masih sederhana.

Kata ramai tentu saja tidak dibaca rami, melainkan ramai, dan kata lampau tidak dibaca lampu melainkan lampau.

Berikutnya rima menurut bunyinya. Macamnya ialah:

  1. Rima Sempurna, apabila seluruh suku akhirnya berirama sama.
    Contoh:

ma – lang

ma – ti

pa – lang

ha – ti

  1. Rima Tak Sempurna, apabila hanya sebagian suku akhir yang sama.

    Contoh :

pu – lang

pa – gi

tu – kang

ha – ri

  1. Rima Mutlak, apabila seluruh kata berima.

Contoh:

Mendatang-datang jua,

kenangan masa lampau.

Menghilang muncul jua,

yang dulu sinau-silau.

Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu berima mutlak.

  1. Rima Terbuka

Yang berima adalah suku akhir suku terbuka dengan vokal yang sama.

Contoh :

bu – ka

ba – tu

mu – ka

pa – lu

  1. Rima Tertutup

Yang berima itu suku akhir suku tertutup dengan vokal yang diikuti konsonan yang sama.

Contoh :

hi – lang

su – sut

ma – lang

ta – kut

  1. Rima Aliterasi

Yang berima adalah bunyi-bunyi awal pada tiap-tiap kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.
Contoh :

Bukan beta bijak berperi

Pandai mengubah madahan syair

Bunyi huruf b pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.

  1. Rima Asonansi

Yang berima adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris berlainan.
Contoh:

se – cu – pak

tum – bang

se – cu – kat

mun – dam

Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal e – u – a dan u – a pada kata-kata tersebut di atas.

  1. Rima Disonansi Rima ini adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata seperti pada asonansi tetapi memberikan kesan bunyi-bunyi yang berlawanan.

Contoh:

Tin – dak tan – duk (i– a atau a – u)

Mon – dar man – dir (o – a atau a – i)