Mengenal ‘Mahzani’ sebagai Tradisi Lisan Minahasa

Kata Mahzani berasal dari dialek Minahasa, artinya bernyanyi. Mahzani berasal dari kata zani yang berarti bunyi yang didengar, baik yang keluar dari satu atau lebih organ maupun dari suara manusia. Zani tidak terbatas pada bunyi musik saja, tetapi semua bunyi. Dalam konteks musik zani dapat bersifat nada maupun non nada. Pun demikian secara umum istilah zani atau zazanian (nyanyian) ataupun mahzani dalam istilah musik di sub etnik Tombulu lebih dimaksudkan dalam hal musik vokal atau nyanyian.

Nyanyian ini dilakukan oleh para anggota kelompok kerja di pertanian saat sedang bekerja di kebun, dan saat bersama pada hari Sabtu malam di desa. Ada pula doa-doa dalam ritual agama tradisional yang menyapa para leluhur dan penghuni alam raya.

Contoh syair  dari buku A’asaren wo Raranian ne Touw un Buluh (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/mahzani-sastra-lisan-orang-minahasa/) adalah sebagai berikut:

Maka pangkat o, impangkukukan ni ko’ko’ rangdang

Maka pangkat o, i pa’pera u reges Amian.

Ko’ko’ kulo’ kimontoi wana panga in wasian

Sa sia rumagos o, ma’simpora se kawanua

Ko’ko’ kulo wo ko’ko’ randang,

Wisa si pa’endonku

Mendo mo tare si ko’ko’ randang, mesuat uman

 

Artinya/Terjemahan bebas:

Mendapat jabatan, karena bunyi ayam jantan merah

Mendapat jabatan, karena tiupan angin Utara yang mengeringkan padi

Ayam putih bertengger di cabang pohon wasian

Kalau dia turun ke tanah, orang Minahasa menjadi sibuk

Ayam putih dan ayam merah

Mana yang aku ambil

Ambil saja ayam merah, sama saja

 

Syair di atas mengandung unsur penjelasan mengenai masyarakat Minahasa yang memuja dewa-dewi. Mendapat jabatan, karena bunyi ayam jantan merah maksudnya mendapat jabatan karena teriakan prajurit Kabasaran yang menjadi panglima tertinggi. Mendapat jabatan karena tiupan angin Utara yang mengeringkan padi maksudnya mendapat jabatan karena produksi beras dari dewi padi Lingkan Wene.